Lecutan Suara Burung

Oleh Marsus

ma, lecutan suara burung itu
perih mengiris ingatanku
dinding rumah-rumah hancur satu persatu
semua orang berlarian ketakutan
sesekali menoleh menyaksikan dua burung
yang bertarung meramaikan
atap rumah kita

ma, lecutan suara burung semakin menggelegar
bagai halilintar hendak menyambar
masih terus mencabik-cabik batin ingatanku
aku sembunyi di rumah kosong
dan kututup semua lubang dalam rumah itu
namun pertikaian burung terus menggepar
memecahkan genting atap rumah kita

ma, aku takut akan kerusuhan ini
dua burung itu ganas dan rakus
aku ingin keluar berlari
tapi rumah-rumah telah rata dengan tanah
jalan macet dengan kendaraaan
aku ketakutan sembunyi di kamar belakang
tetapi, dua burung itu masih saja menguntit
mencelakaiku

dari rumah kosong yang tak berpintu
aku meloncat dan berlari
sembunyi di rumah-rumah tetangga
di sana bau busuk dan bau anyir
terus menusuk hidungku
dan kulihat ada beberapa bangkai manusia
bergeletakan ditanah
aku ketakutan, ma!

Yogyakarta, 16 November 2011

"Puisi ini masuk nominator Lomba Puisi Nasional yang diadakan oleh Komunitas Rumah Sungai Lombok Timur 2012, yang ketentuan dari panitia akan dibukukan, serta akan diberi buku bukti terbit, karena dari sekian peserta yang ikut lomba tersebut dengan cara membayar satu judul puisi Rp.10.000. Tapi setelah mengumuman pemenang dan nominator diinformasikan, sampai detik ini belum ada tidak lanjut atau kabar pemberitahuan dari panitia, bahkan panitia seolah kabur tanpa memberi kabar, seperti halnya pencuri yang hendak menghilangkan jejak."