Elia
Pada suatu malam
Engaku hadiahkan hujan
Gigil tubuhmu yang langgam
Suara desahmu yang gemetar
Dingin menyiksamu sendirian
Tahukah kau, kala itu, elia?
Rona mataku yang tajam
Menusuk jantungmu yang
tak kuasa kutahan
Mata terus saja meronta-ronta
Menyusup pada lekukmu yang sintal
Lembut belai tangan
Kususupi perlahan:
Dalam
Semakin dalam
Ke setiap lekat kulitmu
Ke setiap halus bulu kudukmu
Engkau pun terlentang
Jemarimu-jemariku
Bergenggam erat
Bergelayut ke tapak kakimu
Ke lutut lembut pahamu
Gemetar dan gemetar
Napasmu tersengal
Remasan halus nan gesit
Terus menyesap di bagian intimmu
Hujan mengalir perlahan, kuyup menyatuh
Akibat licin airmu yang hangat itu
Desah ringis suaramu
Bangkit membuat degup dada jatuh
Terus mendekap, erat dan makin lekat
Sesekali meremas semua lekukmu
Rona merah bibirmu terkuak
Menahan nyeri nikmat yang entah!
Tangan ini terus saja menelusup
Makin jauh dan dalam
Mengembat semua lekuk dadamu
Pusar indah yang dalam
Dalam dan dalam hingga tenggelam
Kecupan terus bertubi-tubi
Jatuh di keningmu
Di lehermu
Di dadamu
Di sebidang perut lembutmu
Hingga ke bawah lebih curam
Ke dalam aroma nikmat 'lautmu'
Kemudian
Hentakan berkali-kali
Menusuk ke lubang-lubang kulit lembutmu
Sesekali engkau mengerang
Menahan sesak napas kenikmatan.
Lalu, engkau pun melumat habis
segala yang tampak dalam gelap
Butir-butir air bening ia kian meleleh
Membanjiri segala tubuhmu yang lembuh
Kembali kusesap lehermu
Ke sekujur tengkuk dan pusarmu
Ke dalam ruang sempit tak terbatas
Seperti rasa yang tak bisa diungkap
O,
Pada suatu malam
Engaku hadiahkan hujan
Gigil tubuhmu yang langgam
Suara desahmu yang gemetar
Dingin menyiksamu sendirian
Tahukah kau, kala itu, elia?
Rona mataku yang tajam
Menusuk jantungmu yang
tak kuasa kutahan
Mata terus saja meronta-ronta
Menyusup pada lekukmu yang sintal
Lembut belai tangan
Kususupi perlahan:
Dalam
Semakin dalam
Ke setiap lekat kulitmu
Ke setiap halus bulu kudukmu
Engkau pun terlentang
Jemarimu-jemariku
Bergenggam erat
Bergelayut ke tapak kakimu
Ke lutut lembut pahamu
Gemetar dan gemetar
Napasmu tersengal
Remasan halus nan gesit
Terus menyesap di bagian intimmu
Hujan mengalir perlahan, kuyup menyatuh
Akibat licin airmu yang hangat itu
Desah ringis suaramu
Bangkit membuat degup dada jatuh
Terus mendekap, erat dan makin lekat
Sesekali meremas semua lekukmu
Rona merah bibirmu terkuak
Menahan nyeri nikmat yang entah!
Tangan ini terus saja menelusup
Makin jauh dan dalam
Mengembat semua lekuk dadamu
Pusar indah yang dalam
Dalam dan dalam hingga tenggelam
Kecupan terus bertubi-tubi
Jatuh di keningmu
Di lehermu
Di dadamu
Di sebidang perut lembutmu
Hingga ke bawah lebih curam
Ke dalam aroma nikmat 'lautmu'
Kemudian
Hentakan berkali-kali
Menusuk ke lubang-lubang kulit lembutmu
Sesekali engkau mengerang
Menahan sesak napas kenikmatan.
Lalu, engkau pun melumat habis
segala yang tampak dalam gelap
Butir-butir air bening ia kian meleleh
Membanjiri segala tubuhmu yang lembuh
Kembali kusesap lehermu
Ke sekujur tengkuk dan pusarmu
Ke dalam ruang sempit tak terbatas
Seperti rasa yang tak bisa diungkap
O,
0 comments:
Post a Comment