![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOBlxWxGEOBNpMRnM2t5nuWyHPZfilysr-z2pPUMrQ34Z3RTxLeNhpPBTRRZLCPNUirtUZ8wRpqOEGxUUNyxpiy1UKpE0L5RFse7GZhMzxxmsEvFWHgripVq9LLwau27FLW8H1Ln5q-SjU/s1600/Cover.jpg)
Terlepas dari itu, fenomena jilbab yang menarik saat ini adalah, jilbab seperti menjadi tradisi musiman bagi kaum wanita, lebih-lebih di bulan suci ramadhan. Tidak sedikit kaum wanita mengenakan jilbab hanya sewaktu ada momentum yang ada kaitannya dengan keagamaan, seperti menghadiri pengajian, solawatan, takziah, dan berbagai momentum lain.
Ketika bulan ramadhan tiba, kaum wanita seperti mendapat panggilan jiwa dengan sendirinya untuk berlomba-lomba mengenakan jilbab. Jilbab yang dikenakan pun dengan beragam bentuk hiasan dan seni yang cukup indah. Dalam hal ini, bukan saja dari kalangan kaum muslimah yang serentak mengenakan jilbab untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan, tetapi dari kalangan wanita non-muslim pun yang tidak terbiasa memakai jilbab-- ketika bulan ramadhan tiba mereka juga banyak dijumpai akan mengenakan jilbab.
Namun demikian, sangat disayangkan, jilbab yang dikenakan itu hanya sebagai suatu momen saja. Ketika bulan ramadhan sudah berlalu, mereka pun beramai-ramai melepaskan jilbabnya, kembali pada habitat kehidupan sebelumnya. Sehingga, jilbab seolah-olah hanya sebagai pakaian modis untuk memperindah atau mepercantik seseorang di waktu-waktu tertentu.
Tidak hanya itu, jilabab yang sejatinya sebagai kewajiban yang harus digunakan oleh kaum muslimah untuk menutup aurat, juga kerap dijadikan motor politik untuk mengangkat popularitasnya di mata publik (hlm. 183). Misalnya, ketika jilbab dikenakan oleh seorang politisi untuk mengelabuhi masyarakat setiap kali ia bersilaturrahmi meminta dukungan politik ke berbagai tokoh agama, ke berbagai pondok pesantren, atau ketika turun lapangan berkampanye demi menarik simpati masyarakat. Atau jilbab yang digunakan seorang artis dalam memperindah dan mempercantik penampilannya agar mendapat sanjungan dan simpatik dari orang-orang yang melihatnya.
Secara estetik mungkin hal itu sah-sah saja. Sebab, keindahan dan kecantikan seorang wanita bersumber dari dua hal, yaitu kecantikan dari dalam dan kecantikan dari luar. Kecantikan dari dalam merupakan kecantikan yang dapat terlihat dari bagaimana seorang wanita berbicara atau berkata-kata dengan lembut dan bertingkah laku sopan. Sedangkan kecantikan dari luar dapat terlihat dari fisik; wajah, badan, dan cara berpakaiannya dalam menutup aurat, salah satunya dengan mengenakan jilbab (hlm. vii).
Tetapi, yang juga perlu diingat, hakitnya jilbab bukanlah sebagai alat modis dan kecantikan bagi seorang wanita, namun juga sebagai suatu kewajiban menutup aurat yang harus dipakai meski tanpa ada momentum tertentu seperti ramadhan, kampaye politik, dan kepentingan popularitas.
Di zaman modern ini, tak jarang orang-orang beranggapan, bahwa jilbab sebagai suatu tradisi budaya yang hanya dipakai ketika diperlukan saja (pada suatu acara atau momen-momen tertentu). Padahal, jilbab merupakan sebuah kewajiban bagi semua kaum muslimah dalam menjalankan keberagamaannya sebagai umat Islam yang diwajibkan menutup auratnya (hlm. 29, 108). Jilbab kerap disalahgunakan dalam penggunaannya. Bahkan tak jarang jilbab dijadikan suatu ‘visi-misi’ tertentu untuk meraih apa yang mereka inginkan.
Penulis dalam buku ini memberikan beberapa hal yang mesti dilakukan terkait dengan kekeliruan berjilbab oleh kalangan muslimah, di antaranya: kesalahan dalam berjilbab secara etika syar’i, kesalahan berjilbab secara estetika, dan kesalahan persepsi dan niat dalam memakai jilbab.
Dalam buku ini, penulis mengulas dengan cukup detail dan cerdas mengenai fenomina jilbab yang kerap terjadi pada kaum wanita. Dengan tekun penulis menyajikan problem yang kompleksitas dengan disertai dalil-dalil al-quran dan hadist untuk menguatkan ulasan-ulasan mengenai jilbab di zaman modern ini.
---------------------------------------------------------
Judul Buku: 110 Kekeliruan dalam Berjilbab
Penulis: Idatul Fitri dan Nurul Khasanah RA
Penerbit: Al-Maghfiroh
Cetakan: I, 2013
Tebal: xiv + 258 hlm
ISBN: 978-602-7633-17-9
Sumber Koran Harian Analisa Medan, 26 Juli 2013. klik di sini