Oleh Marsus
Kulihat Bulan di Wajahmu
sumbi, aku melihat bulan di wajahmu
aku melihat bintang hinggap di pelupuk
matamu
juga pernah kulihat—dingin embun di pagi
harimu
sumbi, pagimu adalah malam—gulita dalam
ketiadaanmu
dan adamu adalah aku dalam jiwa itu
lalu, tidurlah sumbi, kemudian—kan
kusirami dengan airmataku
Jogja, April 03 2010
Seperti Wajahmu Menjadi Batu
adalah wajahmu di senja itu
menikam sinar mentari
mencium wajah-wajah merpati
aku berjalan menapaki ruasan-ruasan
di jalan setapak kujumpai harum wajahmu
mencumbu menjadi api rindu
apakah ada rasa dalam hatimu?
sedang rindu tak lagi kau cumbu seperti
dulu
tarianmu pun kini membeku
aku tak akan merubah
ketika kau tikam aku menjadi rapuh
dan luluh lantak seperti batu-batu
Jogja, 04 April 2010
Aku dan Dirimu
:Juwarni
aku dan dirimu berteduh dalam payung
rindu
bersama gerimis kedinginan
bersama senja percintaan
aku dan dirimu tak mengenal arah
pada suatu waktu yang tak menentu
lalu kau dekap aku dengan sebongkah pilu
aku dan dirimu bertukar cerita, mengurai
rasa
lalu kuraih telunjuk jemarimu
kulambaikan menjadi segudang rindu
Papringan 19 April 2010
Menempuh Lorong Panjang
telah kulalui sebuah musim gugur
yang terkisah di antara angin-angin
mempertaruhkan musim semi
dari rerimbun daun jati kering
maka, pada sajak yang kucipta
kan kutempuh lorong-lorong panjang
menyusuri lembah keramat
juga rupa-rupa yang teroles pekat malam
di antara sadar dan tidak sadar
aku telah terkagum pada malam
yang menggelapkan seluruh perjalanan
aku menjadi gurun, padang tandus yang
gersang
tak ada cahaya yang kucari
atau setetes air untuk mandi
juga selimut untuk dingin ini
Jogja, 13 Maret 2010
Sumber: Koran Suara Pembaruan, 30 Mei 2010 dan 04 Juli 2010
Sumber: Koran Suara Pembaruan, 30 Mei 2010 dan 04 Juli 2010