Perempuan dalam masyarakat Madura merupakan sosok unik
yang secara kodrati tidak hanya mampu mengandung dan melahirkan, merawat serta
mendidik
anak hingga menjadi orang yang berguna dan mandiri. Melainkan, perempuan di Madura juga menjadi
tonggak kehidupan, ikut berjuang menopang perekonomian sebuah keluarga.
Secara tidak langsung, dalam
kehidupan perempuan Madura bisa dibilang memiliki posisi setara dengan seorang
lelaki atau suami: bekerja ke sawah atau ke ladang, bertani, bahkan
memikul beban berat sekalipun menjadi hal biasa di setiap pekerjaannya.
Setidaknya, itulah realitas
yang berhasil direkam dan disajikan oleh Weni Suryandari, perempuan berdarah
Sumenep, Madura dalam cerita-ceritanya yang terhimpun dalam buku Kabin Pateh.
Perempuan Madura dikenal
sebagai sosok yang sangat lugu, ta’dzim
dan penurut terhadap titah guru dan orang tuanya. Baik dalam aturan
keseharian, lebih-lebih dalam soal penentuan pasangan (perjodohan) yang memang manut terhadap pilihan guru atau kiai
dan orang tua. Namun demikian, dibalik keluguan dan keta’dziman perempuan Madura ternyata memiliki kegigihan luar biasa
dalam memperjuangkan kehidupan dan masa depan keluarga dan anak-anaknya.
Dalam cerita Kabin Pateh (hal 39) bisa kita lihat
bagaimana Weni memotret secara detail alur dan penokohan sosok ‘aku’ (sebagai
perempuan Madura) ketika dihubungkan dengan masyarakat sekitar. Tokoh ‘aku’
yang seolah tanpa ia tahu telah sah dinikahkan dengan Hadi, lelaki tua dari
keturunan orang kaya, dan karena kekayaannya itulah yang berhasil mengelabuhi
hati orangtuanya tanpa memikirkan nasib kehidupan anaknya ke depan. Tetapi, saat
itu ‘aku’ tak berbuat banyak dalam hal tersebut. Keta’dziman dan penghormatan pada orang tua dan tradisi nikah muda
seperti telah membungkamnya tanpa ia sadari.
Tetapi, pada akhirnya kedewasaan
dan kesengsaraan yang terus mengungkungnya, dapat menyadarkan ‘aku’ dan merasakan
peliknya kehidupan yang telah dijalaninya berpuluh-puluh tahun lamanya.
Weni
tidak hanya berhenti mengupas tentang perempuan Madura dibidang perjodohan. Tetapi
juga secara tekun menyajikan kisah kompleksitas perempuan Madura yang hidupnya
dijerat oleh tradisi-kebudayaannya sendiri. Ia
juga mengulas kisah-kisah perempuan Madura tentang asmara, sex,
gender dan kehidupan rumah tangga; yang melibatkan emosi dua orang: laki-laki dan
perempuan.
Seluruh kisah yang
tersaji dalam buku ini mencerminkan pemikiran penulis dan pandangannya terhadap
perlakuan adat istiadat dan masyarakat Madura terhadap perempuan;
memiskinkan dan membodohkan. Sajian kisah dengan latar ke-Madura-annya
dan penokohannya dalam Kabin Pateh
seperti telah benar-benar mengupas kehidupan
nyata perempuan di Madura.
-------------------------------------------------------
Judul Buku: Kabin Pateh (Kumpulan Cerpen)
Penulis: Weni Suryandari
Penulis: Weni Suryandari
Penerbit: QAF Books
Cetakan: I, 2013
Tebal: xvi + 156 hlm
ISBN: 978-602-18231-4-9
Sumber: Koran Kedaulatan Rakyat, 20 April 2013
Sumber: Koran Kedaulatan Rakyat, 20 April 2013
0 comments:
Post a Comment