Alun-alun Selatan Jogja dan Penjual Air Mineral

dok. pribdai: Foto diambil dari pojok barat alun-alun
Malam ini saya ke alun-alun selatan Yogyakarta. Tujuan utama menikmati tempura goreng sambil duduk santai. Karena di sana baru saja usai hujan, pelataran alun-alun dan tempat jualan makan di baratnya basah semua. Tempat yang biasa buat duduk sambil makan santai belum bisa dipakai.

Akhirnya, saya bersama seorang teman karib memutuskan beli tempura dan es teh dibungkus.

"Kita makan di sana saja." Usul saya, agar makan di pinggiran trotoar jalan alaun-alun. Kelihatannya memang lumayan kering dan tanpak asyik sambil lihat mobil-mobilan yang penuh pernak-pernik lambu.

Setelah selesai dibungkusin tempura dan es teh, kami pun melangkah ke pojon utara. Tak jauh dari tempat saya duduk, di sebelah timur saya ada bapak tua menggelar alas di atas rumput yg masih masih. Di hadapannya ada sebuah kotak (mungkin kardus) dijadikan tempat botol minuman mineral. Tidak begitu banyak, mungkin 8-10 botol yang dipajang.

Sejak saya baru duduk sambil menikmati tempura, saya tidak begitu merhatikan bapak itu. Saya lebih sering mengobrol apa saja sambil makan.

Kemudian, setelah beberapa lama saya duduk di tempat itu, melihat seorang perempuan tua datang menghampiri bapak itu. Saya masih belum menaruh perhatian penuh pada mereka. Sekilas hanya saya lihat perempuan itu mengeluarkan sesuatu (mungkin pakaian, saya pikir). Mereka berdua juga mengobrol dengan layaknya suami-istri (saya pikir memang suami-istri).

Tidak lama kemudian, sesuatu tadi yang ada di tangan perempuan tua itu, diberikan kepada bapak tersebut. Dan si bapakpun mengemas-ngemas alas tempat duduknya. Lantas menggelar kain tadi. Saya pikir, ia akan membuat alas duduk supaya lebih lebar dan nyaman. Akan tetapi, dugaan saya keliru.

Bapak itu berdiri. Ia bertakbir. Mengangkat tangannya, lalu bersedekap khidmat.

"Lihat, bapak itu solat!" Kata sama kepada teman.

Hati saya terenyuh. Hati saya tersentuh oleh sikap bapak itu. Sehingga perhatian saya semakin banyaj ditarik oleh gerak gerik bapak itu.

Saya bermenung. Betapa bapak itu mulia. Betapa ketaatannya terhadap agama yang ia anut begitu besar dan penuh tanggungjawab. Meski dia pun dalam keadaan 'darurat' di tengah gemeriap orang-oarang ramai bermain, berlibur, menikmati suasana alun-alun, bising kendaraan dan musii, di dalam kondisi basah, bahkan di saat ia mencari nafkah dengan usaha sederhana.

Saya ingin meniru bapak itu. Saya ingin menjadi taat seperti lelaki itu. Pikir saya.

Sambil makan tempura yang sudah tinggal sedikit, saya mencuri-curi sela untuk memotret bapak itu. Saya berhasil mengambil fotonya saat dia duduk tahiyat. Sebenarnya yang saya bidik saat ia berdiri atau rukuk, namun saat hendak saya ambil, rupa-rupanya perempuan tua di sampingnya mengetahui niat saya.

Solatnya sudah berakhir dengan salam. Saya selalu meliriknya diam-diam. Bapak itu kembali berdiri. Saya pikir akan mengemas alas solatnya. Namun, ia malah bertakbir lagi. Ia mengangkat tangamnya, dan bersedekap. Ia menunaikan ibadah solat sunnah bakda isya'. *

Alun-alun Selatan Jogja, 2 Maret 2017.

0 comments: