Oleh: Marsus
Di tengah pesatnya perkembangan media sosial yang berbasis gadget, anak menjadi salah satu sasaran empuk yang mudah terperosok. Ia kadang lupa pada dunianya sendiri, lupa akan hakikat sebagai anak yang gemar bermain bersama teman sebayanya, menciptakan kreatifitas dengan lingkungannya.
Perkembangan gadget sudah tidak bisa dielakkan. Hampir semua orang menjadikannya yang utama. Perkembangan ini di satu sisi memang memberikan manfaat, namun di sisi lain terdapat madarat. Bergantung bagaimana kita memanfaatkan. Lalu, bagaimana menyikapi merebaknya dunia gadget ini, terutama bagi anak usia dini yang belum bisa memilah-milih mana yang baik dilakukan, dan mana yang buruk supaya ditinggalkan?
Di sinilah peran orangtua, guru, bahkan masyarakat sangat diperlukan. Dunia anak tentu berbeda dengan dunia orang dewasa. Cara menyikapinya pun tentu berbeda. Anak pada usia dini kecenderungannya gemar bermain. Dengan bermain mereka dapat memperoleh pengalaman dan pelajaran. Permainan yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan kecerdasannya. Pada sesi inilah orangtua perlu mengerti dan mengarahkan anaknya.
Berbicara gadget, tentu game sebagai salah satu media yang cenderung digemari oleh anak. Meskipun konsekuensinya kurang baik bagi perkembangan otaknya. Game dapat menimbulkan anak teralienasi dari dunia anak yang sesungguhnya. Ia bisa menjadi asosial, sehingga kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan jauh dari sifat kreatif. Game juga dapat membuat anak sangat emosional, sulit mengendalikan dan meredakan amarah (hlm.13). Ini menjadi sesuatu yang sangat mencemaskan.
Saat ini, jika diperhatikan kehidupan anak berbeda dengan zaman jauh sebelumnya. Permainan yang biasa dilakukan anak bukan lagi permaminan berbasis lingkungan alam, akan tetapi cenderung pada dunia elektronik yang membuat dirinya terkungkung menyendiri, bahkan dapat menjadikan apatis terhadap teman-teman dan lingkungannya.
Sebagai akademisi, Heru Kurniawan merasa sangat prihatin terhadap masa depan anak. Melalui bukunya, ia memberikan solusi cerdas dengan konsep “Sekolah Kreatif”. Konsep sekolah kreatif bukan semata sekolah saja, tetapi di dalamnya mencoba memberikan kenyamanan bagi anak dalam belajar. Sebab, tidak sedikit anak merasa malas belajar, bahkan ia tidak betah di sekolah (hlm.11). Sekolah seakan menjelma penjara bagi kehidupan anak, karena tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan sebagaimana dunia yang ia sukai.
Konsep Sekolah Kreatif
Atas pemahaman Heru, bahwa anak pada umumnya suka bermain, maka dengan inilah ia berusaha menggabungkan kegemaran anak (bermain) dan belajar. Dengan bermain sambil belajar, maka ia pun mendapat pengetahuan. Namun, untuk mewujudkan konsep sekolah kreatif dengan bermain sambil belajar, diperlukan instrumen dan desain kreatif sebagai pendukung, salah satunya dalam mengelola ruang kelas belajar.
Dalam konsep sekolah kreatif, ruang kelas sebagai tempat belajar anak-anak dilakukan dengan tiga ruang kelas: ruang kelas alam natural, ruang kelas alam sosial, dan ruang kelas artifisial. Ketiganya digunakan dan dimanfaatkan secara simultan sesuai dengan materi kegiatan belajarnya (hlm.40). Tujuan dari ketiganya yaitu untuk menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak.
Selain tempat atau kelas yang dikemas secara kreatif, yang tidak kalah penting untuk keberhasilan sekola kreatif yaitu Guru yang kreatif. Guru kreatif bukan saja guru yang disenangi oleh anak-anak saat mengajar di kelas, melainkan juga di luar kelas. Guru mesti berperan layaknya orangtua bagi anaknya. Oleh karena itu setidaknya guru kreatif memiliki tiga hal penting dalam memposisikan dirinya bagi anak didiknya, yaitu: guru kreatif sebagai guru, guru sebagai sahabat, dan guru sekaligus sebagai orangtua (hlm.140).
Selain tiga hal penting (kelas, guru dan murid) masyarakat juga perlu dilibatkan sebagai peran aktif yang dapat mendukung kegiatan sekolah kreatif. Dengan demikian mereka akan merasa memiliki (hlm.212-213). Sehingga dengan demikian masyarakat, khususnya di sekitar sekolah akan mendukung keberlanjutan dan kemajuan kegiatan belajar, lebih-lebih mendorong anaknya untuk semangat belajar.
Dengan berbagai konsep tersebut, sekolah kreatif berusaha agar anak menperoleh gizi pengetahuan tanpa merasa jenuh dan bosan, melainkan merasa nyaman dan senang. Keberhasilan metode belajar ini dapat dilihat, pertama, anak bisa meninggalkan permainan yang mengungkung dunianya dan menjadikannya lebih peka terhadap kehidupan sekitar. Kedua, dengan bermain hakikatnya anak juga belajar. Permainan yang dia lakukan tanpa sadar telah menghasilkan pengalaman dan ilmu baru, yang mana dapat mengasah kecerdasannya.
Diskripsi Buku:
Judul Buku: Sekolah Kreatif, Sekolah Kehidupan yang Menyenangkan untuk Anak
Penulis: Heru Kurniawan
Penerbit : Ar-Ruzz Media
Cetakan : Pertama, 2016
Tebal: 234 Halaman
ISBN: 978-602-313-064-1
Sumber: Koran Jakarta Senin 6 Maret 2017
0 comments:
Post a Comment